KONSEP
DASAR PENYAKIT GAGAL GINJAL
A.
Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan organ
berpasangan. Beratnya ± 125 gr, terletak pada posisi disebelah lateral
vertebralis torakalis bawah, beberapa cm dsebelak kanan dan kiri garis tengah.
Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis disebut kapsula renis. Disebelah
anterior dipisahkan kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah
posterior dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap
ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena
renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa
darah kembali kedalam vena kava inverior. Urin terbentuk dalam unit-unit
fungsional ginjal dalam nefron.
Ginjal terdiri dari bagian
external (korteks), bagian internal (medulla), setiap ginjal terdiri dari ± 1
juta nefron. Fungsi nefron adalah proses pembentuka urin dimulai dari darah
mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron
(tersusun atas jonjot-jonjot kapiler) mendapat darah lewat vasa aferen dan
mengalir balik lewat fasa eferen. Ketika darah berjalan melewati struktur ini,
filtrasi terjadi (air dan molekul-molekul kecil akan dibiarkan lewat, molekul
besar tetap bertahan dalam aliran darah) cairan (filtrate) disaring lewat
dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus ± 20% plasma
lewat glomerulus disaring dalam nefron dengan jumlah sekitar 180 liter
flitrat/hari
Fungsi Ginjal
Menurut
Sherwood (2011) mengatakan bahwa ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan
keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara
volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah
arteri
c. Membantu
memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan
produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan
senyawa asing seperti obat-obatan.
B.
Pengertian
Penyakit
Gagal Ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume
dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Gagal ginjal dibagi menjadi
dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. (Price &
Welson, 2006)
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal
tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus
dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di
glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa
yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel
darah merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di
dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang
disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus
ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam
filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah
metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air
seni).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang
berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .
Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian
penyakit yang menyerang traktus urinarius.
Gagal
ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal Akut (acute
renal failure = ARF) dan Gagal
Ginjal Kronik (chronic renal failure = CRF).
1.
Gagal
Ginjal Akut
Gagal ginjal
akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat
kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tublar dan glomerular (Brunner & Suddarth,2000)
Pada gagal
ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi
ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat.
Penyakit
gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan, ginjal secara relatif mendadak
tidak dapat lagi memproduksi cairan urine yang merupakan cairan yang mengandung
zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh
.Gagal ginjal akut biasanya disertai oliguria (pengeluaran kemih <400ml/
hari). (Price and Wilson, 1995 : 885).
2.
Gagal
Ginjal Kronik
Gagal
ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang
progresif dan irreversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseibangan metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan
uremia atau azotemia. (Brunner &
Suddarth,2000)
Kegagalan ginjal
menahun merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal yang berlangsung
perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama,sehingga tidak dapat
menutupi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit. (Purnawan Junadi,1989)
C.
Penyebab
1.
Penyebab gagal
ginjal akut menurut (Brunner & Suddarth,2000)
a.
Kondisi Pre Renal (Hipoperfusi ginjal)
Kondisi
pre renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya
laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan terjadinya
hipoperfusi renal adalah :
·
Penipisan volume
·
Hemoragi
·
Kehilangan cairan melalui ginjal
(diuretic,osmotic)
·
Kehilangan cairan melalui saluran GI
(muntah,diare)
·
Gangguan efisiensi jantung
·
Infark miokard
·
Gagal jantung kongestif
·
Disritmia
·
Syok karsinogenik
·
Vasodilatasi
·
Sepsis
·
Anafilaksis
·
Medikasi antihipertensif
b.
Kondisi Intra Renal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab
intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus ginjal
yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
·
Cedera akibat terbakar dan benturan
·
Reaksi transfuse yang parah
·
Agen nefrotoksik
·
Antibiotic aminoglikosida
·
Agen kontras radiopaque
·
Logam berat (timah,merkuri)
·
Obat NSAID
·
Bahan kimia dan pelarut
·
Pielonefritis akut
·
Glumerulonefritis
c.
Kondisi Post Renal (Obstruksi Aliran Urine)
Kondisi
pascarenal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi
dibagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi
sebagai berikut :
·
Batu traktus urinarius
·
Tumor
·
BPH
·
Struktur
·
Bekuan darah
d.
Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain :
·
Diabetes Melitus
·
Glumeruloneritis kronis
·
Pielonefritis
·
Hipertensi tak terkontrol
·
Obstruksi saluran kemih
·
Penyakit ginjal polikistik
·
Gangguan vaskuler
·
Lesi herediter
·
Agen toksik (timah,kadmium dan merkuri)
D.
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3
stadium
1. Stadium
I
Penurunan cadangan
ginjal, ditandai dengan kehilangan fungsi nefron 40-75%. Passion biasanya tidak
mempunyai gejala, karena sisa nefron yang ada dapat membawa fungsi-fungsi
normal ginjal.
2. Stadium
II ® Insufisiensi
ginjal
Kehilangan fungsi
ginjal 75-90% pada tingkat ini terjadi kreatinin serum dan nitrogen urea darah,
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan urin pekat dan azotemia
3. Stadium
III ® Payah gagal
ginjal stadium akhir atau uremia
Tingkat renal dari GGK
yaitu sisa nefron yang berfungsi <10%. Pada keadaan ini kreatinin serum dan
kadar BUN akan meningkat dengan menyolok sekalisebagai respon terhadap GFR yang
mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen
darah dan elektrolit, pasien diindikasikan untuk dialysis.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD
berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG:
1. Stadium
1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan
albuminaria persisten dan LFG yang masih normal (>90 ml/menit/1,73 m2)
2. Stadium
2
Kelainan ginjal dengan albuminaria
persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stadium
3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73 m2
4. Stadium
4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29
mL/menit/1,73 m2
5. Stadium
5
Kelainan ginjal dengan LFG < 15
mL/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.
E.
Patofisiologi
a)
Terdapat empat tahapan terjadinya gagal
ginjal akut menurut (Brunner &
Suddarth,2000):
1. Periode Awal
Merupakan
awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria
2. Periode Oliguri
Pada
periode ini volume urine kurang dari 400 ml/24jam, disertai dengan peningkatan
konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal
(urea,kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama
kalinya gejala uremik muncul dan kondisi yang mengancam jiwa seperti
hiperkalemia terjadi.
3. Periode Diuresis
Pasien
menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap.,disertai tanda perbaikan
glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda
uremik mungkin masih ada,sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih
di perlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahapan
ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
4. Periode Penyembuhan
·
Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal
dan berlangsung selama 3-12 bulan
·
Nilai laboratorium akan kembali normal
·
Namun terjadi penurunan GFR permanen
1%-3%.
b) Sedangkan
pada gagal ginjal kronik menurut (Brunner & Suddarth,2000):
1.
Gangguan
Klirens Renal.
Banyak
masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli
yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal
2.
Retensi
Cairan dan Natrium.
Ginjal
juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal
pada penyakit ginjal tahap-akhir; respons ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi.
3.
Asidosis.
Dengan
semakin berkembangnya penyakit renal,terjadi asidosis metabolic seiring dengan
ketidak mampuan ginjal mengekskresikan muatan asam yang berlebihan.
4.
Anemia
Anemia
terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
gastrointestinal
5.
Ketidakseimbangan
kalsium dan fosfat.
Abnormalitas
utaa yang ain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsim dan
fosfat.
6.
Penyakit
tulang uremik (osteodistrofi renal).
Terjadi
dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
F.
Manifestasi
Klinik
a) Manifestasi
klinik Gagal Ginjal Akut menurut (Brunner & Suddarth,2000):
Hampir setiap system
tubuh dipengaruhi ketika terjadi kegagalan mekanisme pengaturan ginjal normal.
Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah, dan
diare. Kullit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi, dan nafas mungkin
berbau (sector uremik). Manifestasi system saraf pusat mencakup rasa lemah,
sakit kepala, kedutan otot, dan kejang.
1. Perubahan
Haluaran Urin.
Haluaran urin sedikit, dapat mengandung
darah, dan gravitasi spesifiknya rendah (1010 normalnya 1015-1025)
2. Peningkatan
BUN dan Kadar Kreatinin.
Terdapat peningkatan yang tetap dalam
BUN dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan
protein), perfusi renal dan masukkan protein.
3. Hiperkalemia.
Pasien yang mengalami laju filtrassi glomerulus
tidak mampu mengeksresikan kalium.
4. Asidosis
meabolik.
Pasien oliguria akut tidak dapat
mengeliminasi matan metabolic seperti sustansi jenis asam yang dibentuk oleh
proses metabolic normal.
b) Tanda
dan Gejala pada Gagal Ginjal Kronik:
Menurut (Long, 1996 :369)
·
Gejala
dini
1.
Lethargi
2.
Sakit kepala
3.
Kelelahan fisik dan mental
4.
Berat badan berkurang
5.
Mudah tersinggung
6.
Depresi
•
Gejala
lebih lanjut
1.
Anoreksia
2.
Mual disertai muntah
3.
Nafas dangkal
4.
Sesak nafas
Menurut
Suyono (2001):
•
Kardiovaskular
1.
Hipertensi
2.
Pitting edema
3.
Edema periorbital
4.
Pembesaran vena leher
5.
Friction rub perikardial
•
Pulmoner
1.
Krekel
2.
Napas dangkal
3.
Kusmaul
4.
Sputum kental
•
Gastrointestinal
1.
Anoreksia, mual dan muntah
2.
Pendarahan saluran GI
3.
Ulserasi dan pendarahan pada mulut
4.
Konstipasi
5.
Napas berbau amonia
•
Muskuloskeletal
1.
Keram otot kehilangan kekuatan otot
2.
Fraktur tulang
3.
Foot drop
G.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Elektrokardiogram (EKG), Perubahan
yang terjadi berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan gagal jantung.
2.
Kajian foto toraks dan abdomen,
Perubahan yang terjadi berhubungan dengan retensi cairan.
3.
Osmolalitas serum, Lebih
dari 285 mOsm/kg
4.
Pelogram Retrograd, Abnormalitas
pelvis ginjal dan ureter
5.
Ultrasonografi Ginjal, Untuk
menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas
6.
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi, Untuk
menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor
selektif
7.
Arteriogram Ginjal, Mengkaji
sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular
H.
Penatalaksanaan Medik
1. Terapi
medis pada pasien Gagal Ginjal Akut menurut
(Brunner & Suddarth,2000):
Gagal ginjal
memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit. Oleh karena itu, tujuan
penanganan gagal ginjal akut adalah untuk menjaga keseimbangan kimiawi normal
dan mencegah komplikasi sehingga perbaikan jaringan ginjal dan pemeliharaan
fungsi ginjal dapat terjadi.
a. Dialysis
dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hyperkalemia, pericarditis dan kejang.
b. Penanganan hyperkalemia
keseimbangan cairan dan elektrolit merupkan masalah utama pada gagal ginjal
akut; hyperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan
ini.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pad berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
d. Pertimbangan nutrisional.
Diet protein dibatasi sampai 1g/kg selama fase oligurik untuk menurunkan
pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk akhir toksik.
e. Cairan IV dan diuretic.
Aliran darah ke ginjal yang adekuat pada banyak pasien dapat dipertahankan
melalui cairan IV dan medikasi.
f. Koreksi asidosis dan peningkatan
kadar fosfat. Jika asidosis berat terjadi, gas darah
arteri harus dipantau; tindakan ventilasi yang tepat harus dilakukan jika
terjadi masalah pernafasan.
2. Terapi
medis pada pasien Gagal Ginjal Kronik
:
a. Terapi spesifik terhadap penyakit
dasarnya. Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya
adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungi ginjal tidak
terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi,biopsi dan
pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap
terapi spesifik.
b. Pencegahan dan terapi terhadap
kondisi komorbid. Penting sekali untuk mengikuti dan
mencatata kecepatan penurunan LFG pada pasien penyakit GGK, hal ini untuk
mengetahui kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan pasien.
c. Memperlambat pemburukan (progresis)
fungsi ginjal. Faktor utama penyebab perburukan fungsi
ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Dua cara penting untuk
mengurangi hiperfiltrasi glomerulur adalah pembatasan asupan protein dan terapi
farmakologis.
d. Pencegahan dan terapi terhadap
penyakit kardiovaskular. Pencegahan dan terapi terhadap
penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40 s.d. 45% kematian
penyakit GGK disebabkan penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan terapi komplikasi.
Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang manisfestasinya
sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa
dialisis atau transpalasi ginjal. Terapi pengganti
ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang
dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis,
peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
Menurut (Andra &
Yessie 2013 : 234)
a.
Pengaturan minum → pemberian cairan
b.
Pengendalian hipertensi =< intake
garam
c.
Pengendalian K+ darah
d.
Penanggulangan anemia → transfusi
e.
Penanggulangan asidosis
f.
Pengobatan dan pencegahan infeksi
g.
Pengaturan protein dalam makan
h.
Pengobatan neuropati
i.
Dialisis
j.
Transplantasi